Senin, 21 Maret 2011

Kekayaan Hutan Indonesia

MENGERUK DOLLAR DARI SEMANGKUK GETAH


I. PINUS

Tusam atau pinus adalah sebutan bagi sekelompok tumbuhan yang semuanya tergabung dalam marga pinus. Di Indonesia penyebutan tusam atau pinus biasanya ditujukan pada tusam Sumatera (Pinus merkusii Jungh. et deVries). Tusam kebanyakan bersifat berumah satu (monoecious), yaitu dalam satu tumbuhan terdapat organ jantan dan betina namun terpisah, meskipun beberapa spesies bersifat setengah berumah dua (sub-dioecious)


II. PROSES PENGOLAHAN GETAH PINUS

Dalam proses pengolahan Getah Pinus di Pabrik Gondorukem & Terpentin (PGT) Perum Perhutani, bahan baku industri berupa Getah Pinus (Pinus Merkusii) diproses melalui beberapa tahapan :

1) Penerimaan & Pengujian Bahan Baku

2) Pengenceran

3) Pencucian & Penyaringan

4) Pemanasan/pemasakan

5) Pengujian& Pengemasan

Gondorukem dan Terpentin merupakan hasil distilasi/penyulingan dari getah Pinus. Gondorukem berupa padatan berwarna kuning jernih sampai kuning tua. Sedangkan Terpentin berbentuk cair berwarna jernih serta merupakan pelarut yang kuat.

Proses pengolahan getah menjadi gondorukem pada umumnya meliputi 2 tahapan :

- Pemurnian getah dari kotoran-kotaran

- Pemisahan terpentin dari gondorukem dengan cara distilasi/penguapan.

Proses pemurnian getah :


- pengenceran getah dengan terpentin

- pengambilan/penyaringan kotoran kasar

- pencucian & pemisahan kotoran halus dengan penyaringan maupun pengendapan.

Proses pemisahan gondorukem dari terpentinnya:

- dilakukan dengan pemanasan langsung

- dilakukan dengan pemanasan tidak langsung. (menggunakan uap)

Dalam perdagangan, gondorukem dibedakan dalam beberapa mutu/kualita. Faktor utama yang menentukan mutu adalah :

- warna

- titik lunak

- kadar kotoran.

Di Indonesia telah dibuat standardisasi mengenai mutu gondorukem, yang dikelompokan dalam mutu I, mutu II, mutu III serta lokal.

Warna gondorukem disebut dengan X (Rex) untuk warna yang paling jernih, kemudian WW (Water White) untuk warna yang beningnya seperti air dan WG (Window Glass) untuk warna yang bening seperti kaca jendela dan N (Nancy) untuk warna Kuning kecoklat-coklatan, dan M dan seterusnya untuk warna yang lebih gelap. Softening point, adalah komponen mengenai kekerasannya yang ditunjukkan dengan derajat Celcius (°C).

Kadar kotoran yang ditunjukkan dalam prosen (%) adalah kotoran-kotoran kasar yang terkandung dalam gondorukem.

Untuk terpentin hanya ditentukan satu mutu, yakni :

- warna jernih

- kandungan kotoran

- komposisi Alpha pinene & Betha pinene

- Aroma Khas Terpentin.

Getah Pinus sebagai bahan baku untuk produksi Gondorukem & Terpentin, dihasilkan dari hasil penyadapan pohon Pinus Merkusii. Getah Pinus yang dikumpulkan dan diterima di PGT berupa :

- cairan kental yang bercampur dengan kristal,

- air,

- serpihan kayu,

- daun pinus,

- kembang pinus,

- dan kotoran-kotoran lain yang sengaja/tak sengaja dicampurkan (tanah, pasir dll).

Oleh karenanya Kualita Getah ditentukan oleh kadar kotoran dan warnanya. Untuk memperoleh Gondorukem berkualitas baik diperlukan getah yang baik pula. Karenanya sangat membantu bila sekiranya getah bisa dipisahkan sesuai dengan kualitasnya. Kalau tidak, maka diperlukan peralatan yang baik dan canggih untuk mendapatkan kembali getah yang berkualita baik.

Dalam proses pengenceran getah dengan penambahan beberapa liter terpentin sesuai dengan kondisi getah yang akan diproses. Pengenceran getah ini dimaksudkan untuk memudahkan pemisahan kotoran dari getah maupun memudahkan didalam pemindahan dan penyaringannya.

Setelah mencapai kondisi pengenceran yang diinginkan maka larutan getah didiamkan/diendapkan beberapa menit untuk memberikan kesempatan terjadinya endapan kotoran dan air turun kebawah, setelah itu dilakukan pembuangan dan penyaringan.

Dari hasil akhir proses pada tangki pemurnian dapat diketahui hasil gondorukem dan terpentin yang baik atau tidak. Pada proses tangki pemurnian ini pula sangat ditentukan perlakuan yang cermat dan trampil, karena meskipun dari hasil proses pencucian berhasil sempurna namun tanpa ada dukungan dari proses pemasakan yang baik maka hasil dari gondorukem pun jadi bermutu rendah, misalnya titik lunak terlalu rendah, browning/hangus, atau berkristal.

Untuk itu didalam menangani tangki pemasakan ini diperlukan ketelitian dan kecermatan operator didalam melakukan pemasakan maupun mengenal peralatan yang ditangani (karakter alat).

Pada proses pemasakan yang perlu diperhatikan antara lain :

-Pemanasan harus bertahap

-Tekanan vakum

-Tekanan uap dari uap penekan (Open steam) tidak terlalu besar (golakan tidak terlalu besar)

-Suhu pemanasan

-Suhu peludangan (canning)

III. MANFAAT GETAH PINUS


Pohon pinus yang biasa kita lihat didaerah pegunungan ternyata menghasilkan getah yang sangat berguna untuk kita,hasil dari getah pinus itu bisa menghasilkan minyak terpentin yang mengandung senyawa terpene yaitu salah satu isomer hidrokarbon tak jenuh dari C10 H163 terutama monoterpene alfa-pinene dan beta-pinene, terpentin biasanya digunakan sebagai pelarut untuk mengencerkan cat minyak,bahan campuran vernis yang biasa kita gunakan untuk mengkilapkan permukaan kayu dan bisa untuk bahan baku kimia lainnya.

Aroma terpentin harum seperti minyak kayu putih, karena keharumannya itu terpentin bisa digunakan untuk bahan pewangi lantai atau pembunuh kuman yang biasa kita beli, tapi ada lagi kegunaan lain dari terpentin sebagai bahan baku pembuat parfum, minyak esensial dari getah pinus ini diekstrak sehingga bisa menghasilkan terpinol yaitu alfa-terpinol merupakan salah satu dari 3 jenis alkohol isomer beraroma harum. Terpineol bisa bermanfaat untuk kesehatan yaitu untuk relaksasi bila digunakan sebagai bahan campuran minyak pijat.Aromanya yang harum dijadikan minyak pijat aromaterapi karena saat dioleskan kekulit akan terasa relaksasinya bila digunakan dengan dosis sesuai aturan.

Bisa digunakan juga untuk bahan makanan tapi bukan dalam bentuk getahnya melainkan dari gum rosin yang telah diesterfikasi dengan gliserol dibawah atmosfir nitrogen menjadi gum rosin ester, salah satu bahan tambahan pembuatan permen karet sehingga menjadi kenyal dan lentur. Aman untuk dikonsumsi karena sudah diuji oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat jadi Anda tidak perlu khawatir memakan permen karetnya.
Gondorukem didapat dari hasil pengolahan getah pinus,bersifat rapuh,bening,mempunyai titik leleh rendah dan bau khas terpentin serta tidak larut dalam air.
Manfaat gondorukem adalah :

1.

Industri Batik : bahan penyampur lilin batik sehingga diperoleh malam.kebutuhn kira-kira 2.500 ton/thn
2.

2. Industry kertas : bahan pengisi dalam pembuatan kertas.kebutuhan kira-kira 0,5 % dari produksi kertas atau 2.000 ton/thn
3.

Industry sabun : sebagai campuran kira-kira 5-10% dari berat sabun.
4.

Pembuatan Vernish,tinta,bahan isolasi listrik,korek api,lem,industry kulit dan lalin-lain.
5.

Di luar negeri manfaat lain gondorukem dan derivatnya digunakan untuk membuat resin sintetis,plastic,lem,aspal,bahan pliitur,lak sintetis,industry sepatu,galangan kapal,dll.

Untuk minyak terpentin-nya dapat digukana secara langsung dan muurni melalui upaya distilalsi ualng serta melalui pengolahan lanjutan,misalnya untuk pelarut organic,pelarut resin,bahan semir sepatu,logam dan kayu dan bahan kamfer sintetis dll.


IV. PASAR DAN PELUANG AGRIBISNIS


Gondorukem yang merupakan hasil destilasi getah pinus menguasai 5 persen pasar dunia. Gondorukem terbaik di dunia itu ada di Indonesia hanya saja kapasitasnya (produksi) tidak sebanyak China. Getah pinus sebagai bahan baku dari gondorukem itu menjadi produk non-kayu Perhutani Jawa Barat dan Banten yang paling potensial untuk dikembangkan. Dari sepertiga hutan produksi yang dikuasi perhutani di Jawa Barat dan Banten, 40 persennya adalah tanaman pinus. Sebaran pohon pinus hampir di seluruh Jawa Barat keculai Indramayu. Daur hidupnya tanaman itu rata-rata 40 tahunan.

Gondorukem produksi Indonesia yang semuanya dihasilkan Perhutani harganya tertinggi di dunia karena kualitasnya. Gondorukem produksi Perhutani itu kini di ekspor ke Amerika dan Eropa. Harganya di pasaran saat ini mencapai 900 dollar AS per ton.
Setiap hektare hutan pinus per hari mampu menghasilkan sekitar 9 liter per hari getah pinus. Getah itu jika diproses dengan pemanasan menghasilkan 71 persen gondorukem, 16 persen terpentin, dan sisanya ampas. Terpentin sendiri di pasaran harganya kini sudah menembus 1.500 dollar AS per ton. Produksi getah pinus yang dikumpulkan Perhutani Jawa Barat-Banten hingga triwulan tiga tahun ini mencapai 8.900 ton dari proyeksi tahun ini produksinya 9.360 ton. Proyeksi produksi getah pinus tahun 2010 dipatok 10.570 ton. Produksinya masih kalah banyak dibandingkan produk minyak kayu putih yang tahun ini targetnya 20.233 ton.
Perhutani Unit III Jawa Barat-Banten memproyeksikan produksi kayu tahun ini seluruhnya mencapai 300 ribu meter kubik. Realisasi hingga pertengahan November ini mencapai 309 ribu meter kubik. Target produksi kayu pada 2010 diharapkan mempertahankan angka yang sama. Kendati fluktuasi produksi kayu karena luas lahan tebang yang berbeda-beda bisa mencapai 10 persenan.

Getah pinus adalah bahan baku yang digunakan dalam pembuatan gondorukem dan terpentin, yang merupakan salah satu komoditas hasil hutan bukan kayu andalan Perhutani. Tiap tahun Perhutani bisa memproduksi 60.000 – 80.000 ton gondorukem yang seluruhnya ditujukan bagi pasar ekspor. Volume produksi gondorukem Indonesia yang diperdagangkan setiap tahun sekitar 60.000 ton, yang terdiri dari 80% untuk ekspor dan 20% lagi untuk memenuhi kebutuhan pasar domestik.
Indonesia menjadi negara produsen terbesar ketiga setelah China dan Brasil, yang memberikan kontribusi 8% lebih terhadap produksi gondorukem dunia. Potensi hutan pinus Indonesia sebenarnya hampir setara dengan Cina, namun volume produksinya jauh di bawah negara itu. Di Indonesia, produk gondorukem hampir seluruhnya berasal dari hutan pinus di Jawa. Areal hutan pinus di Jawa yang diperuntukkan sebagai penghasil getah pada awalnya seluas 476.000 hektare (ha), dan yang benar-benar ditumbuhi pohon pinus sekitar 208.834 ha. Namun, tanaman pinus yang disadap untuk diambil getahnya baru sekitar 145.000 ha.
Dari luasan tersebut rata-rata dapat dihasilkan getah pinus sekitar 85.000 ton/tahun, dan dari getah itu diperoleh gondorukem sekitar 60.000 ton dan terpentin 12.000 ton. Sementara itu China, sebagai negara produsen gondorukem terbesar didunia, memiliki potensi produksi getah pinus luar biasa, dengan luas hutan pinus untuk disadap mencapai 1 juta ha.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar