Senin, 14 Maret 2011

kita semua Patut Memetik Hikmah Tsunami Jepang Senin

"Kita semua turut berbela sungkawa atas korban jiwa dan penderitaan yang demikian besar yang sulit dapat dikatakan dengan kata-kata," kata anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) Ginandjar Kartasasmita di Jakarta, Minggu (13/3) malam.

Bangsa Indonesia, kata Ginandjar, pernah mengalami malapetaka yang diakibatkan oleh bencana alam serupa, mulai dari Aceh tahun 2004, diikuti oleh rangkaian tsunami dan gempa bumi di berbagai daerah di Tanah Air.

Oleh karena itu, rakyat Indonesia sungguh-sungguh dapat merasakan betapa beratnya penderitaan rakyat Jepang saat ini.

Gempa bumi dan tsunami di Jepang selain telah merenggut korban jiwa, juga telah memorak-porandakan kehidupan bangsa Jepang, termasuk kerugian ekonomi serta yang tidak kurang mengkhawatirkan adalah kemungkinan bencana lebih besar akibat kebocoran instalasi pembangkit listrik tenaga nuklir.

Bencana dan acaman terhadap instalasi nuklir itu, ujar Ginadjar, walaupun bukan pertama kali terjadi, tetapi dalam skala yang demikian besar baru pertama kali terjadi dalam sejarah.

Oleh karena itu, apa yang dihadapi bangsa Jepang, juga merupakan tantangan bagi masyarakat dunia. "Kita di Indonesia ingin sekali membantu, turut meringankan beban yang diderita dan mengatasi dampak bencana tersebut," tukasnya.

Di waktu yang lalu sejak bencana tsunami di Aceh, kemudian bencana alam di berbagai wilayah Indonesia, ungkap Ginandjar, Jepang selalu berada paling depan, paling pertama dan paling besar memberikan bantuan.

Mungkin Indonesia tidak mempunyai kemampuan untuk memberikan bantuan sebesar yang sama, namun kita siap membantu apa saja yang dapat dilakukan untuk meringankan beban penderitaan rakyat Jepang.

"Saya sudah berhubungan dengan Duta Besar Indonesia di Jepang, dengan tokoh-tokoh masyarakat Jepang yang saya kenal, baik kalangan politisi, akademisi, dunia usaha maupun civil society. Saya juga terus menerus berhubungan dengan Duta Besar Jepang di Indonesia," katanya.

Dengan pihak pemerintah Indonesia, lanjutnya, ia telah berhubungan dengan Kuntoro Mangkusubroto, yang memiliki banyak pengalaman dalam mengatasi pascabencana tsunami di Aceh.

Kuntoro juga banyak berhubungan dengan pemerintah negara sahabat, lembaga internasional maupun civil society dalam menjalankan tugasnya sebagai Kepala BRR Aceh.

"Saya berpendapat beliau adalah pejabat yang paling tepat untuk mengkoordinasikan bantuan Indonesia ke Jepang, yang bisa berasal dari pemerintah maupun masyarakat."

Lebih lanjut Ginandjar memaparkan, mendengar bahwa pada Minggu (13/3), atas prakarsa BRR Institute yang diketuai Kuntoro, telah menghimpun sekitar 30 organisasi kemanusiaan baik nasional maupun internasional yang berada di Indonesia. Pertemuan itu juga dihadiri wakil dari Kedubes Jepang.

Disepakati bahwa Indonesia akan masih menunggu permintaan spesifik apa yang diperlukan pihak Jepang, mengingat khasnya bencana di Jepang.

"Pak Kuntoro menyampaikan pesan bahwa bagi mereka yang ingin ikut serta membantu atau berempati dipersilahkan menghubungi BRR Institute di websitenya i>BRRInstitute.org.id."

Lebih jauh mantan Ketua DPD periode 2004-2009 itu menuturkan, bangsa Indonesia patut menarik palajaran bahwa negara seperti Jepang yang tergolong paling siap menghadapi gempa dan tsunami karena memiliki sistem dan teknologi maju, ternyata kesemuanya itu masih belum memadai untuk menghidari terjadinya korban besar akibat bencana alam itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar