Sabtu, 19 Maret 2011

Makna dan Harapan Sebuah pendidikan

Manusia adalah sebagai makhluk sosial ( Homo Sosius ), yang dibekali Tuhan dengan
akal, di mana akal akan menjadikan manusia mengetahui segala sesuatu. Sesuatu yang sepele
terkadang terlupakan begitu saja dalam kehidupan. Manusia sering terfokus kepada persoalan
besar, namun sering kali terlena pada permasalahan yang sepele. Pendidikan merupakan
proses yang dilakukan oleh sebagian masyarakat di belahan dunia manapun. Namun
pendidikan yang diharapkan sebagai bagian dari proses kehidupan yang dapat mengentaskan
manusia dari penindasan dan kesengsaraan ternyata menjadi bagian yang menindas manusia
itu sendiri. Oleh karena itu bagaimana sekarang memposisikan proses pembelajaran sebagai
hal yang suci dan sesuai dengan harapan masyarakat, yaitu sebuah proses pembelajaran yang
tidak menindas dan tidak ada yang tertindas. Ketika seseorang merasakan hak-haknya
dirampas, maka seharusnya ia menuntut.

Mendengar kata pendidikan tentunya telinga kita sudah tidak asing lagi, apalagi
sebagai kaum akademis yang sehari-hari hidup dilingkungan pendidikan baik ditingkatan
taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi tentunya kata pendidikan sudah sering kita
dengar, akan tetapi kita juga sering kali bahkan banyak pelaku maupun objeck dari pendidikan
tersebut yang belum faham tentang makna dan hakekat sebuah pendidikan, ketika kita melihat
sebuah pendidikan tentunya ada dua sisi yang jelas dan nampak untuk mendefinisikan kata
pendidikan walaupun tidak semudah dengan kita mendefinisikan sebuah pendidikan dengan
melihat supra dan infra structur saja, yakni ada tenaga pengajar, media pendidikan termasuk
kelengkapan dan bangunan ada tenaga pendidik dan ada yang dididik, terlepas dari itu semua
tentunya kita harus berfikir akan dibawa kemanakah arah pendidikan kita pada umumnya dan
khususnya pendidikan Islam hari ini, tentunya tujuan dari pendidikan tidaklah sekedar proses
alih buday atau alih ilmu pengetahuan (transfer of knowledge), tetapi juga sekaligus sebagai
proses alih nilai ajaran agama “Islam” (transfer of value), kalau dalam islam jelas bahwa
tujuan pendidikan adalah membentuk manusia yang bertaqwa; yakni manusia yang bisa
mencapai Al Falaah, kesuksesan hidup yang abadi: dunia dan akhirat (muflihun).kalau kita
melihat dan mengartikan pendidikan (Islam) tentunya kita harus mengali sumber-sumber ilmu
yang sudah di berikan oleh Tuhan lewat wahyu yang berupa kitab suci Al Qur’an yang bias
menerangi dan mengatasi perubahan social maupun perubahan budaya. Dan diharapkan
dengan adanya pendidikan yang bersumber dari Al Quran tersebut mampu melahirkan
manusia yang mampu mencapai apa yang disebut mardhatillah yakni sesuai harapn dan cita-cita pengembangan pendidikan dan inilah dengan apa yang disebut sebagai causa finalisnya
yakni mengapa dan untuk apa pendidikan itu dalam pergolakan perubahan social ini.
Berangkat dari sinilah kita songsong, tanggapi dan kita jangkau masa depan pendidikan dalam
kaitan dengan itu semua, maka penting bagi kita sebagai manusia yang mengaku kaum
akademis untuk tetap berpegang pada causa finalis pendidikan untuk menjadikan manusia
sukses di dunia dan akhirat dengan semboyan bahwa pendidikan merupakan harga mati bagi
kita semua khususnya umat Islam dengan mengacu pada syair ”tuntutlah ilmu walau kenegeri
cina” bahkan wajib bagi kita sebagai umat islam untuk menuntut ilmu mulai dari kandungan
hingga ke liang lahat. Hal yang demikian tentunya harus di dukung dengan kualitas tenaga
pendidik yang memiliki profesionalisme yang memadai untuk menjalankan tugasnya
sebagaimana disebut dalam pasal 39 UU No 20/2003 yaitu merencanakan pembelajaran,
melaksanakan pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan,
melakukan pelatihan, melakukan penelitian dan melakukan pengabdian masyarakat.Walaupun
guru dan pengajar bukan satu-satunya faktor penentu keberhasilan pendidikan tetapi,
pengajaran merupakan titik sentral pendidikan dan kualifikasi, sebagai cermin kualitas, tenaga
pengajar memberikan andil sangat besar pada kualitas pendidikan yang menjadi tanggung
jawabnya.

Paulo Freire juga mangatakan bahwa pendidikan seharusnya berorientasi pada
pengenalan realitas dari manusia dan dirinya. Hal itu berarti bahwa pendidikan bukan hanya
sebagai ajang transfer of knowledge akan tetapi bagaimana ilmu pengetahuan dijadikan sarana
untuk mendidik manusia agar mampu membaca realitas sosial. Hal ini juga didukung oleh
Lodge yang menyatakan life is education, education is life.

Kemudian, pendidikan diharapkan bisa menuju tercapainya sikap dan perilaku
“toleran”, lapang dada dalam berbagai hal dan bidang, berorientasi pada intensifikasi
pemahaman bahasa asing (Arab-Inggris) sebagai alat untuk mengumpulkan ilmu pengetahuan
yang semakin pesat perkembaganya, mampu menumbuhkan kemampuan untuk berswadaya
dan mandiri dalam kehidupan untuk menghadapi pertumbuhan penduduk, perubaan struktur
ekonomi dan social yang luas dan mempunyai jangkauan yang jauh, menumbuhkan etos
kerja, mempunyai apresiasi pada kerja, disiplin dan jujur.

Dengan beberapa pemaparan di atas kita bisa menyimpulkan dari beberapa orientasi
pendidikan seperti yang telah dikemukakan, sangat diperlukan untuk menyiapkan generasi
kini dalam menghadapi tantangan zaman. Orientasi pendidikan seperti yang dimaksud,
merupakan penjabaran kongkrit dari ajaran Islam dan sekaligus merupakan perwujudan
kebutuhan untuk mempertemukan kembali segi material dengan sepiritual, dengan bentuk dan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar